Bersama Balai Penyuluh Pertanian Wilayah VII Ciawi. Sinergi dan kolaborasi merupakan kunci.
Banyak hal yang kami bahas antara lain jumlah penyuluh pertanian yang belum memadai jika dibandingkan dengan luas lahan pertanian/perkebunan, masih kurangnya SDM petani untuk menerapkan konsep agritech dan yang paling penting issue penggunaan pupuk secara berlebihan.
“Tanah disini itu sangat subur Mas, tanpa penggunaan pupuk sekalipun hasilnya akan sama”
Sebagai contoh disalah satu daerah binaan, hasil BWD menunjukkan tingkat Nitrogen N diangka 4 yg artinya sangat subur, namun petani msh tetap melakukan pemupukan. Alasannya simple, kalau tidak dipupuk takutnya gagal panen. Justru hal ini memicu serangan hama yang sama dari tahun ke tahun krn faktor N yg sangat tinggi itu, sangat sulit memang utk mengubah kebiasaan petani, ujar mereka.
Dari 3 point diatas, sisitani hadir memberikan solusi dengan konsep precision farming berupa:
1. Pemantauan tingkat kesuburan tanaman dengan cakupan lahan yang luas bahkan hingga skala nasional
2. Deteksi anomalies tanaman
3. Menghemat operasional dengan mengetahui titik mana yg perlu dipupuk atau diairi.
Komitmen sisitani utk terus bersinergi dan berkolaborasi dengan Pemerintah Indonesia untuk petani yang lebih baik, bergengsi dan berteknologi.